Udin adalah seorang pria 20 tahunan yang masih polos. Setiap melihat hal
yang baru pertama kali dia lihat, Udin pasti akan melakukan hal itu, atau dalam
kata lain Udin selalu Ikut-ikutan.
Malasalah mulai muncul ketika Udin berumur 18 tahun, atau tepatnya dua
tahun yang lalu. Seiring dengan pertumbuhan, maka lingkungan pergaulan Udinpun
semakin luas. Hal ini mengakibatkan banyak hal baru yang ditemui Udin, dan
seperti yang udah-udah, semua hal itu diikuti oleh Udin. Masalahnya adalah,
hal-hal baru tersebut tidak semuanya bermanfaat dan baik untuk si Udin. Namun
apa daya, karena kepolosannya, Udin melakukan sebagian besar hal baru tersebut
tanpa menyadari akibat dari hal tersebut, mulai dari makan pake kaki yang
dilakukan temennya, minum kopi pake garpu yang ditunjukkan ningsih, sampai
boker di selokan tentangga, untuk yang terakhir Udin ngak ngikutin siapapun,
itu murni imajinasi dia sendiri.
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Setelah pergaulan Udin
bertambah luas, bayak hal baru yang melekat pada Udin, salah satunya adalah,
Udin mulai mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang dia dapatkan di pergaulan.
Awalnya Udin hanya ikut-ikutan, namun lama kelamaan Udin mulai kecanduan
barang-barang haram tersebut.
Karena Udin masih berstatus mahasiswa dan belum mempunyai penghasilan
tetap, segala hal dikakukan Udin untuk memenuhi keinginannnya untuk
mengkonsumsi barang terlarang tersebut, mulai dari membelinya dengan
menggunakan uang hasil tabungan, uang hasil menjual ayam pak RT yang dicurinya
karena tergoda oleh ayam tersebut yang sering bermain di pekarangan rumah Udin,
dan kalau cara-cara tersbut tidak berhasil lagi, Udin nekat berhutang untuk
mendapatkan barang tersebut. Hasilnya? Udin selalu ditagih rentenir setiap
hari.
Beberapa bulan berlalu, kegilaan Udin kepada barang terlarang mulai
tercium oleh polisi. Tak lama kemudian, Udin ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Apesnya, Udin tertangkap basah
sedang menggunakan barang haram itu saat polisi “apel” ke kediamaannya. Hati kedua
orang tua Udin hancur saat itu, melihat anak satu-satunya ditangkap polisi.
Hari-hari selanjutnya tidak banyak berarti dalam diri Udin, masa
kurungan selama 10 tahun cukup membuat Udin menjadi perjaka tua sebalum dia
bisa kembali bebas menhirup udara bebas.
Setelah beberapa malam dipenjara, tiba-tiba Udin mulai rindu kepada kedua
orang tuanya. Saat malam mulai memasuki setengah usia, di saat Udin hendak
memejamkan matanya, tiba-tiba air mata Udin jatuh, Udin menyesali perbuatannya.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, masa muda Udin sudah direnggut barang haram,
cita-cita Udin untuk menjadi pedagang nasi padang yang bergelar akademik
sirnah, Udin dikeluarkan dari kampusnya. Tapi tak ada kesempatan lagi untuk
Udin merubah waktu, yang tertinggal hanyalah masa depan suram yang sudah siap
menghampiri Udin. Udinpun menyesal.
Tamat.
Kali ini gua mau membahas masalah ikut-ikutan. Banyak anak muda jaman
sekarang yang bisanya hanya ikut-ikutan, kren-krenan, kalau ditanya tentang hal
tersebut dia hanya bisa geleng-geleng kepala sambil nyengir nunjukin gigi yang
tinggal satu-satunya.
Seperti kisah Udin di atas, ikut-ikutan hal yang buruk itu hanya akan
menjadikan kita manusia yang diperbudak dunia, kita hanya ingin dunia mengakui
kalau kita ada, padahal sebenarnya orang-orang terdekat kita selalu mengakui
kita dengan apa adanya kita, tanpa perlu ikut-ikutan hal-hal yang menurut
orang-orang kren.
Sebenarnya gua ga keberatan sama ikut-ikutan yang positif, asal apa yang
kita ikutin itu telah kita pelajari yang fikirkan baik-baik.
Belakangan ini banyak anak muda yang mulai ikut-ikutan naik gunung
karena baru nonton film 5cm. gua sebagai orang yang beberapa kali naik gunung
sebenarnya resah dengan pemikiran mereka yang menganggap naik gunung itu adalah
hal mudah, padahal yang sebenarnya naik gunung itu penuh resiko. Resiko yang
paling sering kita dengar adalah kedinginan, tersesat, diterkam binatang buas,
dan lain-lain.
Gua pernah bicara sama orang yang ingin sekali naik gunung, setelah gua tanya
motivasinya untuk naik gunung, dia dengan santai ngejawab “Gua pengen foto-foto
di gunung, biar keren.”. Setelah perbicangan itu, gua simpulin, orang seperti
ini adalah orang yang ikut-ikutan tren. Orang naik gunung, naik gunung. Orang pergi
ke pantai, dia ke pantai.
Gua dulunya juga ingin naik gunung karena melihat foto-foto keindahan
alam yang banyak di internet saat masih duduk di bangku kelas 1 SMA, setelah
gua melihat foto-foto tersebut, tiba-tiba gua kepikiran untuk kenapa gua ga ngelihat
langsung keindahan tersebut dengan mata gua langsung, bukan lewat foto. Mulai dari
situ gua banyak baca-baca artikel tentang naik gunung, ngobrol tentang gunung
dengan orang-orang yang berpengalaman sebelum gua memutuskan naik gunung untuk
pertama kalinya. Gua naik gunung untuk pertama kalinya pada saat semester
pertama kuliah.
Sebenarnya gua ga ngelarang siapapun untuk ikut-ikutan hal apapun, itu
hak kalian masing-masing, asalkan hal yang kita ikuti itu bermanfaat dan kita
mau mempelajari tentang hal itu. “Ingat, kegiatan bermanfaatpun bisa berakibat
fatal jika kita tidak mengerti prosedurnya.”.
Yang bikin gua resah adalah, sebagian orang yang ikut-ikutan hanya tau
ikut-ikutan, tanpa mau mempalajari hal tersebut, hasilnya? Banyak orang
kehilangan nyawa sia-sia di gunung karena dia ga mempelajari karakter gunung
yang ingin dia daki, atau orang-orang hipotermia karena ga sadar kalau keadaan alam
dan dirinya sendiri ga baik untuk naik gunung, tapi karena mereka cuma tau
gunung itu dingin, akhirnya mereka maksain untuk tetap naik gunung.
Maksud gua gini, bukannya gua nyalahin orang-orang yang meninggal di
gunung, gua sebenarnya sedih ada temen sesama pendaki yang harus meninggal di
gunung. Tapi kita harus realistis, sebagian orang yang meninggal tersebut
selain karena ajal mereka sudah sampai di situ, ada hal-hal teknis dan pesan
alam yang mereka lupakan.
Masih banyak lagi hal-hal yang banyak diikutin orang. Ngak Cuma dalam
kegiatan-kegiatan fisik. Dalam gaya hidup juga banyak yang ikut-ikutan. Banyak orang
yang bela-balain beli gadget hanya untuk mengikuti jaman, padahal mereka harus
makan pake mie instan satu kali sehari selama delapan bulan hanya untuk beli
sebuah gadget yang bisa chating.
Maksud gua, hiduplah dengan apa adanya, kalau kita punya banyak duit
lebih dan ingin kita gunakan untuk kesenangan kita, ya itu terserah. Tapi kalau
duit yang ada hanya cukup untuk makan dua hari di warteg harusnya kita tahu
diri. Udah gitu mending kalau duit yang kita pakai untuk beli barang tersebut adalah
duit hasil keringat kita sendiri, tapi faktanya banyak anak muda yang membebani
orang tua dengan hal-hal mahal, padahal dia tahu kemampuan orang tuanya
bagaimana.
Menurut gua nggak perlulah maksain keadaan untuk hal-hal yang ngak
terlalu mendesak. Lagi pula kalau kita ga punya gadget canggih kan kita nggak
bakalan mati, kita nggak bakalan mimisan dari pantat cuma karena gadget kita
ketinggalan jaman. Hiduplah dengan apa adanya, bukan dengan ada apanya.
Ada lagi. Dulu, gua punya temen yang ingin minta mobil ke orang tuanya
hanya karena nilai rapornya bagus. Padahal gua tahu latar belakang teman gua
ini, keluarganya ga terlalu kaya, tapi ga miskin juga. Dan gua juga tau kenapa dia
ingin punya mobil, dia ingin punya mobil karena dia sekolah di tempat dimana
anak-anaknya banyak yang punya mobil, karena menurut dia pergi sekolah
menggunakan mobil itu keren, makanya dia ikut-ikutan ingin punya mobil. Gua sih
ga masalah kalau dia bilang ingin beli mobil dengan usaha dan duit hasil
sendiri, sebagai teman gua bakalan dukung. Tapi bayangkan kalau orang tuanya
harus banting tulang hanya untuk beliin dia mobil, sementara orang tunya
sendiri masih naik motor bebek. Miris.
Ada juga temennya temen gua yang harus ditangkap polisi karena jadi pengedar
dan pemakai narkoba, padahal gua tahu temen gua ini awalnya anak baik-baik. Pergaulan
yang membuat dia menjadi pemakai. Berawal dari ikut-ikutan, lalu hancur masa
depan.
Intinya adalah, gua cuma mencoba ngingetin kalau apa yang mau kita
ikutin itu harus kita pelajari terlebih dahulu. Jangan sampai apa yang kita
ikutin itu malah merusak dan merugikan diri kita sendiri. Bukannya gua ingin
menggurui teman-teman semua, gua hanya mencoba nyeritain keresahan yang gua
rasain sambil ngingetin kita semua tentang hal-hal yang mungkin ga kita sadari.
Mungkin itu dulu yang bisa gua bagi untuk malam ini. Kalau temen-temen
punya keresahan yang sama atau ada hal ikut-ikutan yang kalian ketahui silahkan
berbagi di komen box!
Wassalam :*
No comments:
Post a Comment