Thursday, October 04, 2012

Sebuah Cerita Tentang Cita-cita..

Manusia tanpa cita-cita adalah bagai jasad tanpa roh. Mungkin kalimat itu pas untuk mewakili arti kata cita-cita. Manusia tanpa cita-cita tak lebih hanya berupa segumpal daging yang tak tau apa yang harus dia lakukan dan apa yang dia inginkan. Manusia tanpa cita-cita tak ubahnya seonggok Zombie yang terjebak dalam kerasnya kehidupan. Yahh.. cita-cita adalah suatu hal yang paling pengting dalam kelangsungan hidup peradaban manusia.

Semua orang punya cita-cita.. lebih tepatnya semua orang harus punya cita-cita. Semua hal besar di dunia ini awalnya adalah sebuah cita-cita. Semua perubahan besar dalam kehidupan masyarakat global ini dulunya juga hanya sebuah cita-cita. Dan semua kenyaman dan kemudahan yang kita rasakan sekarang ini dulunya juga hanya sebuah cita-cita. Dari sebuah cita-cita, sebuah hal besar tercipta. Dari sebuah cita-cita sebuah perubahan besar terwujud. Kalau dianalogikan cita-cita itu adalah sebuah Benih kekuatan besar untuk sebuah perubahan dan tindakan.


Gua punya sebuah cita-cita. Setiap kali orang bertanya tentang cita-cita gua, pasti gua akan menjawab Cita-cita gua tak lebih ingin menjadi orang Sukses dan Berguna bagi orang lain.

Sebagian orang yang mengatakan bahwa cita-cita seseorang itu akan tumbuh 
sejalan dengan keadaan lingkungannya. Misalnya seorang yang dulunya berada di daerah konflik, pasti cita-citanya tak jauh dari yang namanya “Kedamaian”. Cita-cita gua dulunya juga terbentuk karna keadaan lingkungan. Atau tepatnya karna doktrin kalimat “Kita akan Sukses” yang waktu itu disuntikan oleh sahabat-sahabat terbaik gua.

Sahabat-sahabat gua itu sebut saja Adli, Reja, dan Rezky (semuanya nama samaran). Adli yang dalam pergaulan sahari-hari akrab dipanggil “Bibir” adalah seorang pemimpi kelas kakap yang pernah gua temui. Dan masalah kenapa nama panggilannya Bibir adalah karna dia sangat mirip dengan Justin Bibier. Ciyuuss~. Sahabat gua selanjutnya adalah Reja atau yang sering disapa “Baling” adalah seorang Arab berkulit hitam yang ngak tau asal Arabnya dari mana. Dan kenapa dia dipanggil baling, karna jika Anda betatap muka dengan orang ini, maka dia akan menatap kuping Anda, buka mata Anda!. Miris. Dan yang terakhir adalah Rezky, lelaki yang kelak menjadi ketua kelas gua pada masa kelas 3 SMA ini adalah seorang perancang taktik bisnih terbaik. Yaahh.. setidaknya diantara kami berempat. Tapi walaupun rancangan bisnisnya ngak lebih dari “Bagaimana cara jualan burger yang baik dan benar”, tapi dia  ngak pernah sombong.

Kita berempat adalah sekelompokpelajar yang sering menghabiskan waktu dengan berdiskusi tentang masa depan yang kelak akan kita jalani nanti. Setiap hari bahasan yang menjadi Trending topik dalam perbincangan kami adalah, Bisnis dan Masa depan yang Sukses. Baik itu disekolah, ditongkrongan, maupun di kos-kosan gua, topik ini adalah topik nomor satu yang ngak pernah henti kita perbincangkan.

Misalnya pada suatu ketika sorang anak Arab mencetuskan aspirasinya untuk melanjutkan usaha jok mobil milik orang tuanya yang sudah lama tidak beroperasi dikarenakan persaingan bisnis yang tidak sehat yang dilakukan lawan bisnisya sehingga membuat pabrik jok mobil milik orang tuanya harus tutup. Aspirasi itu tentu saja kami iyakan. Dan dimulailah beberapa rencana gila yang akan kami lakukan untuk menghidupkan kembali bisnis yang sudah tinggal kenangan itu.

Dimulai dari Rezki yang ingin menjual mobil kesayangannya sebagai modal awal untuk bisnis kami dan Reza yang ingin meminta pinjaman kepada orang tuanya. Sementara Bibir dan gua tidak bisa membantu secara finansial, tapi akan siap menjadi tenaga ahli sekaligus sukarelawan dalam membangun bisnis ini hingga menjadi sebuah perusahaan besar. Tapi setelah beberapa jam kemudian, setelah terjadi perbincangan panjang diantara kami berempat, sepertinya bisnis ini masih terlalu mahal untuk ukuran bocah-bocah gila yang dengan bodohnya berani bermimpi sebuah hal besar seperti kita. Dengan kata lain bisnis batal kita lakukan.

Tentunya untuk mewujudkan semua cita-cita itu ada beberapa hal yang harus kami capai sebelumnya. Salah satunya adalah pendidikan untuk menopang atau jalan menuju cita-cita itu, melanjutkan kulaih ditempat yang tepat dan sesuai dengan bidang yang kami cita-citakan adalah sebuah langkah awal yang harus kami capai. 

Bagi kami cita-cita itu bukan hanya sebuah keinginan tanpa tindakan yang kami ingin coba wujudkan, banyak hal yang kita lakukan untuk cita-cita itu. mulai dari usaha belajar serius tapi hasilnya sama juga seperti belajar ngak serius. Atau sebuah tindakan untuk duduk dibarisan kursi paling depan pada saat jam pelajaran sekolah walau kita lebih banyak ngantuknya daripada memperhatikan pelajatran yang disampaikan guru. Sampai berdoa dan Sholat duha tiap hari agar Allah senantiasa membukakan pintu rezekinya kepada kami dan mengabulkan apa yang kami cita-citakan. Apalagi dimasa menjelang UN, mushola sekolah yang kecil seperti tidak sanggup untuk menampung jama’ah yang datang, sampai-sampai sebagian murid ada yang harus menunggu atau pergi ke mesjid yang juga terletak di komplek sekolah karna takut keburu bel masuk bunyi.

Dan ternyata Allah mendengar doa dan melihat usaha yang telah kami lakukan. Hasilnya tidak ada dari kami yang tidak lulus UN, dan semuanya juga mendapatkan undangan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi favorite yang kami cita-citakan. Dimulai dari Adli yang diterima di Institut Teknologi Telkom, Reja di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, gua dan Rezky di Intitut Pertanian Bogor.

Tapi karna beberapa alasan, mereka terpaksa tidak mengambil jatah itu dan mencari jalan kesuksesannya yang lain. Walaupun begitu kita telah selesaikan apa yang kita mulai dulu, mimpi untuk bisa diterima di kampus yang kita impikan sebagai titik awal menuju kesuksesan itu bisa terwujud. Walaupun keadaan harus memaksa untuk meninggalkan semua hasil jeri payah itu, tapi setidaknya kita telah memenangkan “kompetisi” yang kita buat sendiri. Setidaknya kita tidak kalah sebelum berperang.

Berbarengan dengan gua menulis cerita ini, gua ngak henti-hentinya menghkayalkan jika sahabat-sahabat gua itu meneruskan cita-cita awal kami dulu, bisa kuliah disatu daerah dan tinggal ditempat tinggal yang berdekatan. Pasti saat itu waktu luang akan kita habiskan untuk bermimpi tentang hal yang lebih besar lagi, pasti saat itu kita akan membuat sebuah cita-cita yang mungkin orang pesimis akan menertawainya. Tapi itulah kami, sekumpulan anak muda yang berani bermimpi walau kami tau mimpi itu akan sulit kami wujudkan, tapi setidaknya kami telah berani bermimpi, berani menentukan langkah apa yang kami akan lalaui untuk masa depan kami sendiri. Untuk masalah terwujud atau tidak itu bukan urusan kami, yang kami tau hanya berusaha dan terus melakukan yang terbaik untuk setiap mimpi-mimpi itu. Terwujud atau tidaknya, Tuhan lebih pantas menentukan hal itu dibanding kami atau siapapun orang di dunia ini.

Tapi gua yakin, suatu saat nanti kami semua pasti akan sukses dan akan kembali bersama-sama lagi sebagai sahabat gila penuh cita-cita. Saat semua cita-cita kami sudah terwujud. Saat itu kami akan mengulang kisah nostalgia tentang hal-hal yang yang pernah kami lakukan dulu. Tentang hal-hal gila yang pernah kami cita-citakan dulu. Saat yang penuh canda tawa dan kebahagiaan. Mungkin saat itu kami juga akan mewariskan doktrin kalimat "Kami akan Sukses" kepada anak-anak kami. entahlah.. tapi gua yakin hal itu pasti akan datang kepada kami. Kesuksesan itu pasti akan tiba pada saat waktu yang telah ditentukan Tuhan. suatu saat nanti... iya... suatu saat nanti. :)

wassalam :*

No comments:

Post a Comment