Manusia tanpa
cita-cita adalah bagai jasad tanpa roh. Mungkin kalimat itu pas untuk mewakili
arti kata cita-cita. Manusia tanpa cita-cita tak lebih hanya berupa segumpal
daging yang tak tau apa yang harus dia lakukan dan apa yang dia inginkan.
Manusia tanpa cita-cita tak ubahnya seonggok Zombie yang terjebak dalam
kerasnya kehidupan. Yahh.. cita-cita adalah suatu hal yang paling pengting
dalam kelangsungan hidup peradaban manusia.
Semua orang
punya cita-cita.. lebih tepatnya semua orang harus punya cita-cita. Semua hal
besar di dunia ini awalnya adalah sebuah cita-cita. Semua perubahan besar dalam
kehidupan masyarakat global ini dulunya juga hanya sebuah cita-cita. Dan semua
kenyaman dan kemudahan yang kita rasakan sekarang ini dulunya juga hanya sebuah
cita-cita. Dari sebuah cita-cita, sebuah hal besar tercipta. Dari sebuah
cita-cita sebuah perubahan besar terwujud. Kalau dianalogikan cita-cita itu
adalah sebuah Benih kekuatan besar untuk sebuah perubahan dan tindakan.
Gua punya
sebuah cita-cita. Setiap kali orang bertanya tentang cita-cita gua, pasti gua
akan menjawab Cita-cita gua tak lebih ingin menjadi orang Sukses dan Berguna
bagi orang lain.
Sebagian orang
yang mengatakan bahwa cita-cita seseorang itu akan tumbuh
sejalan dengan
keadaan lingkungannya. Misalnya seorang yang dulunya berada di daerah konflik,
pasti cita-citanya tak jauh dari yang namanya “Kedamaian”. Cita-cita gua
dulunya juga terbentuk karna keadaan lingkungan. Atau tepatnya karna doktrin
kalimat “Kita akan Sukses” yang waktu itu disuntikan oleh sahabat-sahabat
terbaik gua.
Sahabat-sahabat
gua itu sebut saja Adli, Reja, dan Rezky (semuanya nama samaran). Adli yang
dalam pergaulan sahari-hari akrab dipanggil “Bibir” adalah seorang pemimpi
kelas kakap yang pernah gua temui. Dan masalah kenapa nama panggilannya Bibir
adalah karna dia sangat mirip dengan Justin Bibier. Ciyuuss~. Sahabat gua
selanjutnya adalah Reja atau yang sering disapa “Baling” adalah seorang Arab
berkulit hitam yang ngak tau asal Arabnya dari mana. Dan kenapa dia dipanggil
baling, karna jika Anda betatap muka dengan orang ini, maka dia akan menatap
kuping Anda, buka mata Anda!. Miris. Dan yang terakhir adalah Rezky, lelaki yang
kelak menjadi ketua kelas gua pada masa kelas 3 SMA ini adalah seorang
perancang taktik bisnih terbaik. Yaahh.. setidaknya diantara kami berempat.
Tapi walaupun rancangan bisnisnya ngak lebih dari “Bagaimana cara jualan burger
yang baik dan benar”, tapi dia ngak
pernah sombong.
Kita berempat
adalah sekelompokpelajar yang sering menghabiskan waktu dengan berdiskusi
tentang masa depan yang kelak akan kita jalani nanti. Setiap hari bahasan yang
menjadi Trending topik dalam perbincangan kami adalah, Bisnis dan Masa depan
yang Sukses. Baik itu disekolah, ditongkrongan, maupun di kos-kosan gua, topik
ini adalah topik nomor satu yang ngak pernah henti kita perbincangkan.
Misalnya pada
suatu ketika sorang anak Arab mencetuskan aspirasinya untuk melanjutkan usaha
jok mobil milik orang tuanya yang sudah lama tidak beroperasi dikarenakan
persaingan bisnis yang tidak sehat yang dilakukan lawan bisnisya sehingga
membuat pabrik jok mobil milik orang tuanya harus tutup. Aspirasi itu tentu
saja kami iyakan. Dan dimulailah beberapa rencana gila yang akan kami lakukan
untuk menghidupkan kembali bisnis yang sudah tinggal kenangan itu.
Dimulai dari
Rezki yang ingin menjual mobil kesayangannya sebagai modal awal untuk bisnis
kami dan Reza yang ingin meminta pinjaman kepada orang tuanya. Sementara Bibir
dan gua tidak bisa membantu secara finansial, tapi akan siap menjadi tenaga
ahli sekaligus sukarelawan dalam membangun bisnis ini hingga menjadi sebuah
perusahaan besar. Tapi setelah beberapa jam kemudian, setelah terjadi perbincangan
panjang diantara kami berempat, sepertinya bisnis ini masih terlalu mahal untuk
ukuran bocah-bocah gila yang dengan bodohnya berani bermimpi sebuah hal besar
seperti kita. Dengan kata lain bisnis batal kita lakukan.
Tentunya untuk
mewujudkan semua cita-cita itu ada beberapa hal yang harus kami capai
sebelumnya. Salah satunya adalah pendidikan untuk menopang atau jalan menuju
cita-cita itu, melanjutkan kulaih ditempat yang tepat dan sesuai dengan bidang
yang kami cita-citakan adalah sebuah langkah awal yang harus kami capai.
Bagi kami
cita-cita itu bukan hanya sebuah keinginan tanpa tindakan yang kami ingin coba
wujudkan, banyak hal yang kita lakukan untuk cita-cita itu. mulai dari usaha
belajar serius tapi hasilnya sama juga seperti belajar ngak serius. Atau sebuah
tindakan untuk duduk dibarisan kursi paling depan pada saat jam pelajaran
sekolah walau kita lebih banyak ngantuknya daripada memperhatikan pelajatran
yang disampaikan guru. Sampai berdoa dan Sholat duha tiap hari agar Allah senantiasa
membukakan pintu rezekinya kepada kami dan mengabulkan apa yang kami
cita-citakan. Apalagi dimasa menjelang UN, mushola sekolah yang kecil seperti
tidak sanggup untuk menampung jama’ah yang datang, sampai-sampai sebagian murid
ada yang harus menunggu atau pergi ke mesjid yang juga terletak di komplek
sekolah karna takut keburu bel masuk bunyi.
Dan ternyata
Allah mendengar doa dan melihat usaha yang telah kami lakukan. Hasilnya tidak
ada dari kami yang tidak lulus UN, dan semuanya juga mendapatkan undangan untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi favorite yang kami cita-citakan.
Dimulai dari Adli yang diterima di Institut Teknologi Telkom, Reja di Sekolah
Tinggi Pariwisata Bandung, gua dan Rezky di Intitut Pertanian Bogor.
Tapi karna
beberapa alasan, mereka terpaksa tidak mengambil jatah itu dan mencari jalan
kesuksesannya yang lain. Walaupun begitu kita telah selesaikan apa yang kita
mulai dulu, mimpi untuk bisa diterima di kampus yang kita impikan sebagai titik
awal menuju kesuksesan itu bisa terwujud. Walaupun keadaan harus memaksa untuk
meninggalkan semua hasil jeri payah itu, tapi setidaknya kita telah memenangkan
“kompetisi” yang kita buat sendiri. Setidaknya kita tidak kalah sebelum
berperang.
Berbarengan
dengan gua menulis cerita ini, gua ngak henti-hentinya menghkayalkan jika
sahabat-sahabat gua itu meneruskan cita-cita awal kami dulu, bisa kuliah disatu
daerah dan tinggal ditempat tinggal yang berdekatan. Pasti saat itu waktu luang
akan kita habiskan untuk bermimpi tentang hal yang lebih besar lagi, pasti saat
itu kita akan membuat sebuah cita-cita yang mungkin orang pesimis akan
menertawainya. Tapi itulah kami, sekumpulan anak muda yang berani bermimpi
walau kami tau mimpi itu akan sulit kami wujudkan, tapi setidaknya kami telah
berani bermimpi, berani menentukan langkah apa yang kami akan lalaui untuk masa
depan kami sendiri. Untuk masalah terwujud atau tidak itu bukan urusan kami,
yang kami tau hanya berusaha dan terus melakukan yang terbaik untuk setiap
mimpi-mimpi itu. Terwujud atau tidaknya, Tuhan lebih pantas menentukan hal itu
dibanding kami atau siapapun orang di dunia ini.
Tapi gua yakin,
suatu saat nanti kami semua pasti akan sukses dan akan kembali bersama-sama
lagi sebagai sahabat gila penuh cita-cita. Saat semua cita-cita kami sudah
terwujud. Saat itu kami akan mengulang kisah nostalgia tentang hal-hal yang
yang pernah kami lakukan dulu. Tentang hal-hal gila yang pernah kami
cita-citakan dulu. Saat yang penuh canda tawa dan kebahagiaan. Mungkin saat itu
kami juga akan mewariskan doktrin kalimat "Kami akan Sukses" kepada
anak-anak kami. entahlah.. tapi gua yakin hal itu pasti akan datang kepada
kami. Kesuksesan itu pasti akan tiba pada saat waktu yang telah ditentukan
Tuhan. suatu saat nanti... iya... suatu saat nanti. :)
wassalam :*
No comments:
Post a Comment